EVALUASI PROGRAM TB PARU DI PUSKESMAS BELONG KOTA BOGOR TAHUN 2018
DOI:
https://doi.org/10.32832/pro.v1i2.1594Abstract
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, WHO menargetkan untuk menurunkan kematian akibat Tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan insidens sebesar 80% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2014. Di Puskesmas Belong pada Tahun 2017 angka keberhasilan program TB Paru yaitu 55,56% dari target 90% yang telah di tentukan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan informasi seacara mendalam mengenai Input, proses dan output pada program TB Paru di Puskesmas Belong Kota Bogor tahun 2018. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif , informan dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang yaitu Penanggung jawab program TB Puskesmas Belong, petugas TB Puskesmas Belong, Kepala
TU dan petugas Laboratorium. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam, daftar checklist observasi dan daftar checklist telaah dokumen. Hasil penelitian yang didapat dari komponen input dalam program TB Paru sudah optimal. Hasil dari komponen proses di Puskesmas Belong Kota Bogor belum Optimal. Penemuan kasus dan diagnosa penderita dilakukan
secara aktif dan pasif, akan tetapi pasien ada yang sulit untuk mengeluarkan dahak. Pengobatan
penderita TB Paru sudah sesuai dengan pedoman TB Paru. Cross check di Puskesmas Belong tidak
tersedia karena Puskesmas Belong adalah Puskesmas Satelit jadi, tidak bisa melakukan cross check.
Sedangkan output dalam program TB Paru di Puskesmas Belong Kota Bogor dalam angka
penemuan sudah mencapai target sedangkan angka konversi dan angka kesembuhan belum
mencapai target yang ditentukan. Erorr Rate di Puskesmas Belong tidak ada karena yang melakukan
erorr rate hanyadi puskesmas rujukan. Dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Tb Paru di
Puskesmas Belong Kota Bogor maka diperlukan perbaikan yaitu dengan dilakukan analisis manfaat
dan ketepatan biaya agar diketahui anggaran program TB Paru yang dibutuhkan untuk mencapai
target program. Pasien yang mangkir dari pengobatan harus dibuat perencanaan agar pasien tersebut
tidak mangkir dari pengobatan dan menyelesaikan pengobatannya.
References
Azwar, Azrul. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta; Bina Rupa Aksara Publisher.
Anggraeni Nuri. (2014). Analisis Manajemen Program TB Paru di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Skripsi UI depok
Center for DiseaseControl and Prevention (CDC). (2011). Introduction to Program Evaluation for Public Health Programs: A Self-study Guide. Atlanta: Centers for DiseaseControl and Prevention.
Departemen Kesehatan. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta
Departemen Kesehatan .(2006). Pedoman Nasional Pengaggulangan Tuberkulosis. Jakarta;departemen Kesehatan RI
Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2017). Profil Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2017.
Hardiyan. (2005). Evaluasi program penanggulangan tuberkulosis di kabupaten muaro jambi tahun 2005. Skripsi UI Depok
Jogiyanto, HM. (2008).Sistem Informasi Berbasis Komputer. BPFE. Yogyakarta
Kementrian kesehatan Republik Indonesia .(2016). Profil kesehatan Indonesia 2016.
Kementrian kesehatan Republik Indonesia. (2017). Strategi Penanggulangan TB di Indonesia.
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Kementerian kesehatan Republik Indonesia.(2014). Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia 2014.
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan.
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Nasional Penanggulangan TB. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PPPL)
Melati Sunita .(2016). Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Teladan Medan 2016. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Misnadiarly. (2006). Mengenal Mencegah Menanggulangi TBC Paru, Ekstrak Paru Anak dan Pada Kehamilan. Jakarta: Pustakaa Popular Obor.
Notoatmodjo (2011). Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta
Peraturan menteri kesehatan Republik Inonesia. (2016). Penanggulangan Tuberkulosis. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No. 67 Tahun 2016.
Peraturan menteri kesehatan Republik Inonesia. (2016). Pedoman Manajemen Puskesmas. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016.
Peraturan menteri kesehatan Republik Inonesia. (2016). Pedoman Penyelenggara Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016.
Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes
Setiani Dhien, Dkk. (2016). Evaluasi Program Pengendalian Tuberkulosis Multi Drug Resistan (TB-MDR) Dengan Strategi DOTS di Kabupaten Banyumas. Jurnal Pharmacy, Vol. 13 No. 02
Setiadi, Dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Tuberkulosis Paru. Interna Publishing, Jakarta Pusat, pp, 87-89.
Sutarman. (2009). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Bumi Aksara Ramadan, Temy .(2017). Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Untuk Balita pada 2 Puskesmas Kecamatan Jakarta Utara Tahun 2017.Skripsi. FKM UI
Tambunan, Engelina Melani. (2017). Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan TB Paru dengan Strategi DOTS di Puskesmas Belawan Kecematan Medan Belawan Tahun 2017. Skripsi. FKM Universitas Sumatera Utara.
WHO. (2011). The Global Plan Stop TB 2011-2015, Geneva, Switzerland;WHO.
Yusuf Fadillah. (2005). Evaluasi pelaksanaan program penaggulangan penyakit tuberkulosis (P2TB) di puskesmas cmanggis kecamatan cimanggis depok. Skripsi UI Depok