Relevansi konsep akal bertingkat Ibnu Sina dalam pendidikan Islam di era milenial

Authors

  • Astuti Budi Handayani UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
  • Suyadi Suyadi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2034

Keywords:

Ibnu Sina, pendidikan Islam, hierarki akal

Abstract

 

This article aims to examine the relevance of Ibnu Sina's concept of hierarchical reason or multilevel in Islamic education in the present era. This study is a literature review with a descriptive qualitative approach. The data analysis technique is done by clarifying, comparing and interpreting the themes of Ibnu Sina's thinking, neuroscience, Islamic education. The results of this study show that according to Ibnu Sina, reason is divided into four levels, namely material reason, talent, actual reason, and reason acquisition. In Ibnu Sina's concept of multilevel, it states that it is through active reason that God enters human beings. Multi-level sense or hierarchy of reason from the human point of view starts from the existence of material reason (al-qaql al-hayulani), and will end in the sense of acquisition (al-‘aql al-mustafad) that explains how humans connect with God. Related to Islamic education, in the view of Ibnu Sina education should aim to explore and develop the potential of students. The development of this potential includes physical, intellectual, and ethical development in order to realize our human beings.

 

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengkaji relevansi konsep hierarki akal atau akal bertingkat Ibnu Sina dalam pendidikan Islam di era sekarang. Kajian ini merupakan telaah kepustakaan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik analisis data dilakukan dengan mengklarifikasi, komparasi dan interpretasi terhadap tema-tema pemikiran Ibnu Sina, neurosains, pendidikan Islam. Hasil kajian ini menujukkan bahwa menurut Ibnu Sina, akal itu dibagi menjadi empat tingkat yaitu akal materi, akal bakat, akal aktual, dan akal perolehan. Dalam konsep akal bertingkat Ibnu Sina, menyatakan bahwa melalui akal aktif-lah Tuhan itu masuk dalam diri manusia. Akal bertingkat atau hirarki akal yang dari sudut pandang manusia dimulai dari adanya akal material (al-‘aql al-hayulani), dan akan berakhir pada akal perolehan (al-‘aql al-mustafad) itu menjelaskan bagaimana cara manusia terhubung dengan Tuhan. Terkait dengan pendidikan Islam, dalam pandangan Ibnu Sina pendidikan itu seharusnya bertujuan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Pengembangan potensi itu di antaranya adalah perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti dalam rangka mewujudkan insan kamil.

References

Al-Abrasyi, M. (1994). Pokok-Pokok Pikiran Ibnu Sina tentang Pendidikan. Yogyakarta: Sumbangsih Offset.

Al-Abrasyi, M. A. (1987). Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Ali, Y. (1991). Perkembangan pemikiran falsafi dalam Islam. Bumi Aksara.

Al-Kindi. (1950). Risalah al-Kindi Fi al-Aql. Kairo: Dar l-Fikr ‘Arabi.

Daming K, M. (2016). Akal Perspektif Al-Qur'an. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 2(1), 19–36. https://doi.org/10.31332/zjpi.v2i1.521

Darwis, M. (2013). Konsep Pendidikan Islam Dalam Perspektif Ibnu Sina. JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran, 13(2). https://doi.org/10.22373/jid.v13i2.476

Dasoeki, T. A. (1993). Sebuah kompilasi filsafat Islam. Semarang: Dina Utama.

Deswita, D. (2016). Konsep Pemikiran Ibnu Sina tentang Pendidikan akhlak. Ta'dib, 16(2), 168–176. https://doi.org/10.31958/jt.v16i2.249

Fattah, N. (2008). Landasan manajemen pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hadini, H. (2013). Psikologi Subjek Didik Dalam Pandangan Ibnu Sina. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 3(2). https://doi.org/10.22373/jm.v3i2.192

Ibnu Sina. (1948). Al-Isyarat wa Thanbihat. Kairo.

Ikrar, T. (2015). Ilmu Neurosains Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan, S., & Mahrus, E. (2011). Jejak pemikiran tokoh pendidikan Islam. Ar-Ruzz Media.

Laming, S. (2006). Pemikiran al-Kindi: pengaruh terhadap intelektual Muslim di Malaysia dan Indonesia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Langgulung, H. (1995). Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna Zikra.

Nasution, H. (1986). Akal dan wahyu dalam Islam. Jakarta: UI Press.

Nata, A. (2001). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Rajawali Press.

Nata, A. (2004). Sejarah Pendidikan Islam. RajaGrafindo Persada.

Nukman, I. (2009). Mind revolution. Yogyakarta: Diva Press.

Pasiak, Taufiq. (2009). Model Penjelasan Spiritualitas Dalam Konteks Neurosains (Disertasi, UIN Sunan Kalijaga). Retrieved from http://digilib.uin-suka.ac.id/15225/

Pasiak, Taufiq. (2012). Tuhan dalam Otak Manusia: Mewujudkan kesehatan spiritual berdasarkan neurosains. Bandung: Mizan.

Rohman, M. (2013). Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibn Sina Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Modern. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 8(2), 279-300–300. https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.2.279-300

Shihab, M. Q. (2013). Kematian Adalah Nikmat. Jakarta.: Lentera Hati.

Suyadi. (2017). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Utsman, F. R. (2013). Pemikiran Pendidikan Ibnu Sina Dan Aplikasinya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia. Jurnal Tadris Stain Pamekasan, 5(1), 36–58.

Downloads

Published

2019-10-31

How to Cite

Handayani, A. B., & Suyadi, S. (2019). Relevansi konsep akal bertingkat Ibnu Sina dalam pendidikan Islam di era milenial. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 222–240. https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2034

Issue

Section

Artikel